MALUTNETWORK.COM - Wanita Palestina saat ini terpaksa mengkonsumsi obat penunda haid ditengah situasi akibat serangan Israel yang makin gencar di wilayah Palestina.
Wanita Palestina terpaksa mengkonsumsi obat penunda haid akibat ketersediaan pembalut wanita kosong dan krisis air yang melanda Palestina akibat serangan Israel.
Apalagi saat ini, wanita terpaksa mengambil langkah tersebut, karena berada di tempat pengungsian yang padat serta kekurangan air dan ketersediaan pembalut wanita.
Baca Juga: Cerita Dokter dan Para Medis Indonesia yang Bertaruh Nyawa di Jalur Gaza
Obat penunda haid yang dikonsumsi para wanita Palestina tersebut bernama tablet norethisterone.
Obat penunda haid biasanya digunakan untuk kondisi seperti perdarahan menstruasi yang parah, endometriosis, dan nyeri haid.
Menurut Dokter Walid Abu Hatab, seorang konsultan medis kebidanan dan ginekologi di Nasser Medical Complex di selatan kota Khan Younis mengatakan bahwa obat itu kegunaannya untuk menjaga kadar hormon progesteron tetap tinggi untuk menghentikan rahim melepaskan lapisannya, sehingga menunda menstruasi.
Baca Juga: Mirisnya Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Pasien Membludak, Dokter Lakukan Operasi tanpa Listrik
Namun, obat penunda haid memiliki efek samping seperti pendarahan vagina yang tidak teratur, mual, perubahan siklus menstruasi, pusing.
Salah satu wanita Palestina, Salma Khaled dilansir dari Aljazeera mengatakan mereka tidak punya pilihan lain selain mengambil risiko di tengah gencarnya Israel.
Salma meninggalkan rumahnya di lingkungan Tel al-Hawa di Kota Gaza dua minggu lalu dan tinggal di rumah kerabatnya di kamp pengungsi Deir el-Balah di Gaza tengah.
Baca Juga: Tolak Gencatan Senjata, Kelompok Muslim AS Kecewa dengan Sikap Presiden Biden
Wanita berusia 41 tahun ini mengatakan bahwa dirinya hingga saat ini terus-menerus berada dalam ketakutan, ketidaknyamanan dan depresi, yang berdampak buruk pada siklus menstruasinya.
"Saya mengalami hari-hari tersulit dalam hidup saya selama perang ini. Saya mendapat menstruasi dua kali dalam bulan ini, dan sangat tidak teratur bagi saya dan mengalami pendarahan hebat," jelasnya.
Salma mengaku ketersediaan pembalut wanita di beberapa toko dan apotek kosong. Sementara itu, rumah-rumah yang ada di Palestina mengalami krisis air. Untuk itu sangat sulit menjaga menstruasi.
Artikel Terkait
Korban Tewas Meningkat, Pelayanan Kesehatan di Gaza Terganggu, 35 Rumah Sakit tak Bisa Operasi
Rumahnya Jadi Target Serangan Israel, 25 Orang Jurnalis Palestina Tewas
Ketua WHO Minta Bantuan Medis dan Bahan Bakar Secepatnya Dikirim ke Gaza: Saya Memohon...
Jerman Harap Israel Tidak Ganggu Warga Sipil dan Pentingnya Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
52 Masjid di Gaza Roboh Akibat Serangan Israel, 110 Masjid Lainnya Rusak Berat
Tolak Gencatan Senjata, Kelompok Muslim AS Kecewa dengan Sikap Presiden Biden
Mirisnya Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Pasien Membludak, Dokter Lakukan Operasi tanpa Listrik
Cerita Dokter dan Para Medis Indonesia yang Bertaruh Nyawa di Jalur Gaza