Maluku Angkat Senjata : Tipu Muslihat Portugis Hingga Tewasnya Sultan Khaerun

- Minggu, 30 Oktober 2022 | 08:43 WIB
Ilustrasi Perang melawan Kolonialisme (Foto: J.P. van de Veer - G.L. Kepper via Wikimedia Commons)
Ilustrasi Perang melawan Kolonialisme (Foto: J.P. van de Veer - G.L. Kepper via Wikimedia Commons)

Malutnetwork.com - Portugis berhasil memasuki Kepulauan Maluku pada tahun 1521. Mereka memusatkan aktivitasnya di Ternate. Tidak lama beselang orang-orang Spanyol juga memasuki Kepulauan Maluku dengan memusatkan kedudukannya di Tidore.

Terajdilah persaaingan antara kedua belah pihak. Persaingan itu semakin tajam setelah Portugis berhasil menjalin persekutuan dengan Ternate dan Spanyol bersabahat dengan Tidore

Semua ini tidak terlepas dari ambisi bangsa-bangsa Barat untuk menguasai perdagangan dan menanamkan kekuasaannya di Maluku. Mereka sering memanfaatkan kelemahan kaum pribumi termasuk memanfaatkan intrik-intrik yang membuat perpecahan di lingkungan istana.

Baca Juga: Aceh versus Portugis dan VOC : Perjuangan Aceh Mempertahankan Hak Pedagang Islam dari Kekuasaan Portugis

Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore melawan Portugis. Penyebabnya perang ini karena kapal-kapal Portugis menembaki jung-jung dari Belanda yang akan membeli cengkih ke Tidore.

Tentu saja Tidore tidak menerima tindakan armada Portugis. Rakyat Tidore angkat senjata. Terjadilah perang antara Tidore melawan Portugis. Dalam perang ini Portugis mendapat dukungan dari Ternate dan Bacan.

Akhirnya Portugis mendapat kemenangan. Dengan kemenangan ini Portugis semakin sombong dan sering berlaku kasar terhadap penduduk Maluku. Upaya monopoli terus dilakuakn. Maka, wajar jika sering terjadi letupan-letupan perlawanan rakyat.

Baca Juga: Gila! Inilah Alasan iPhone 14 Pro dan iPhone 14 Pro Max Menjadi Ponsel Terbaik Apple, Berikut Spesifikasinya

Sementara itu, konflik dan persaingan antara Portugis dan Spanyol di Maluku ini harus segera diakhiri. Dengan mengingat kesepakatan pada Perjanjian Tordesillas, maka diadakan perjanjian damai antara Portugis dan Spanyol.

Perjanjian damai dilaksanakan di saragosa pada tahun 1529. Berdassarkan Perjanjian Saragosa ini disepakati bahwa Portugis tetap berkuasa dii Maluk, sementara SPanyol berkuasa di Filipina. 

dengan demikian setelah ditandatangani Perjanjian Saragosa, kedudukan Portugis di Maluku semakin kuat. Portugis semakin berkuasa untuk memaksakan kehendaknya melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.

Baca Juga: Harga dan Spesifikasi iPhone 14 hingga 14 Pro Max Telah Tersedia, iBox dan Digimap Membuka Preorder  

Kedudukan Portugis semakin mengancam kedaulatan kerjaan-kerjaan yang ada di Maluku. Melihat kesewenang-wenang Portugis itu, pada tahun 1565 muncul perlawanan rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Khaerun / Hairun.

Sultan Khaerun menyeruhkan seluruh rakyat dari Irian/Papua sampai Jawa untuk angkat senjata melawan kezaliman kolonial Portugis. Portugis mulai kewalahan dan menawarkan perundingan kepada Sultan Khaerun.

Dengan pertimbangan kemanusiaan, Sultan Khaerun menerima ajakan Portugis. Prundingan dilaksanakan pada tahun 1570 bertempat di Benteng Sao Paolo. Ternayata ini hanyalah tipu muslihat Portugis.

Halaman:

Editor: Sukri Yunus

Sumber: Buku Sejarah Indonesia, Penerbit Kemendkbud Edisi Revisi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Profil Singkat Zulkifli Umar

Selasa, 3 Januari 2023 | 06:00 WIB

Sam Ratulangi, Wafat Sebagai Tawanan Perang

Senin, 21 Maret 2022 | 23:34 WIB

Siti Walidah: Wanita Harus Berjiwa Srikandi

Jumat, 18 Maret 2022 | 23:50 WIB

Djoeanda, Penyatu Laut NKRI

Selasa, 15 Maret 2022 | 23:48 WIB

Mosi Integral Mohammad Natsir

Senin, 14 Maret 2022 | 23:58 WIB

Ahmad Badawi, Penasihat Soekarno yang Agamis

Kamis, 3 Februari 2022 | 20:45 WIB
X