Rifaya dan Impian, Santriwati yang tidak Mendapat Restu Menimbah Ilmu di Pesantren.

photo author
- Rabu, 29 Desember 2021 | 05:36 WIB
Rifaya Meherunnisa Nailah (ist/Andre-MaluNetwork)
Rifaya Meherunnisa Nailah (ist/Andre-MaluNetwork)

MalutNetwork.com - Salah satu santriwati lulusan Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak (Gutem) Balikpapan, Kalimantan Timur, Rifaya Meherunnisa Nailah memiliki tekad keinginan kuat untuk membangun pesantren di Dubai, Uni Emirat Arab kelak.

“Harapan ana (saya) kedepannya adalah membangun pesantren di luar negri” kata perempuan asal Bontang, Kalimantan ini, dalam wawancara by phone, Selasa, (28/12/21).

“Ya ana hanya bisa berusaha, tapi ana yakin selagi ini baik untuk islam pasti Allah memudahkan hamba Nya,” imbuhnya.

Semisal tidak bisa membangun pesantren di Dubai, katanya cukup membangun pondok di negaranya sendiri.

Baca Juga: Al-Qur'an sebagai Pedoman dan Penyelamat Dunia Akhirat

Sebaliknya kehadiran Gutem, demikian nama akrab pesantren yang dipersiapkan untuk mencetak dai-daiyah handal, memiliki spiritual tinggi, dan cerdas intelektual ini kelak lulusannya akan diterjunkan di masyarakat dan mengabdikan diri kepada umat.

Pondok Hidayatullah ini juga merupakan pusat cabang pondok hidayatullah dari sabang hingga merauke.

Berangkat tanpa restu

Santriwati kelahiran asal Malasyia ini memaparkan awal mula saat mondok di Gutem, katanya ia tidak mendapatkan restu dari keluargannya serta tidak mendukungnya dalam menimbah ilmu di pesantren Hidayatullah Balikpapan, Kalimantan Timur. Rintangan dan cobaan ia rasakan sendiri dengan penuh pengorbanan.

Baca Juga: Mengenal Soedirman, Kader Militan Muhammadiyah

Anggapan keluarganya tinggal di pondok merupakan tempat yang tidak memiliki masa depan jelas. Karena tekad sudah bulat, Rifaya, demikian panggilan akrabnya, ia tetap harus berangkat di Gunung Tembak dengan mengharap ridho Allah Subhanallah Ta’ala.

Sesampai di pondok, ia awali hidupnya dengan menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Putri yang merupakan Perguruan Tinggi (PT) Hidayatullah Balikpapan. Beberapa bulan kemudian, pemilik nama asli Risnawati ini tidak ada perhatihan khusus dan kasih sayang dari orang tuannya kembali.

“Di hubungi oleh orang tua lewat telfon tidak pernah, perhatian kasih sayang dari orang tuapun terhenti, rasanya hampa,” ujar perempuan kelahiran 01 Agustus 1996 itu.

Baca Juga: Abu Yusuf Sang Ahli Fiqih Sekaligus Pajak

Seperti pada umumnya, pesantren kegiatannya adalah menghafal al-qur’an, belajar berbahasa arab, menambah pengetahuan ilmu agama islam, demikian juga yang dilakukan Rifayah dalam kesehariannya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Redaktur

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X