Penulis: Anwar Husen
Pemerhati Sosial/Tinggal di Tidore, Maluku Utara
-------------------------------------
"Jika semangat MBG merayakan Indonesia Emas 2045, maka semangat MBH lebih pada mempertahankan "Indonesia Bermartabat" sepanjang masa. Itu karena kita masih punya Pancasila, yang terus digaungkan setiap waktu"
TEMA YANG sedang trending di negara kita saat ini adalah masalah urusan isi perut, makan. Sebuah tema yang sama dengan sejarah peradaban manusia, bahkan semua makhluk Tuhan. Banyak orang yang menghasilkan. Karena alasan demi mendapatkan "makanan" yang bisa dimakan, orang rela membanting tulang siang dan malam, dengan segala cara dan akibatnya.
Tapi makan yang ini berbeda. Namanya Makan Bergizi Gratis [MBG]. Berbeda dari cara mendapatkannya, sasaran atau kelompok usia tertentu yang bisa menikmatinya, sudah disiapkan dan tinggal disantap saja, punya standar gizi yang terukur, plus dibiayai oleh negara. Makanya disebut MBG itu. Tak tanggung-tanggung. Pada tahun 2025 ini saja, kurang lebih 71 triliun uang yang disediakan untuk pembiayaannya. Di tahun depan, lebih fantastis, 335 triliun. Betapa istimewanya mereka, generasi kita di segmen usia ini.
Baca Juga: Untung Mana, Menjarah atau Merampas Aset Tindak Pidana
Kadang-kadang saya berhayal, andai program ini bisa menyasar saya dan teman-teman di segmen usia ini, 50-an tahun lalu, di usia balita hingga masa Sekolah, sudah pasti memperkuat gizi dan membantu ekonomi keluarga, yang rata-rata pas-pasan itu. Tetapi saya sadar, setiap jaman punya cerita sendiri. Masalah, kebutuhan dan kadar kompetisinya berbeda-beda.
Soalnya adalah, mengapa negara bisa bertaruh dengan risiko anggaran yang "super jumbo" itu, hanya untuk memberi makan anak-anak di segmen usia sekolah tertentu, dan melindungi generasi potensi lainnya, di saat negara juga sedang punya banyak masalah, yang membutuhkan uang besar untuk menyelesaikannya. Bagi yang berpikir bahwa makan hanyalah sebuah sirkulasi biologi dan alami untuk mempertahankan hidup agar tak sesak nafas dan terkena predikat "mati kafir" bagi penganut keyakinan tertentu, mungkin akan menuduh pemerintah kita saat ini kurang waras.
Mengutip berbagai sumber, sasaran utama program Makan Bergizi Gratis [MBG] adalah anak-anak [mulai dari balita, anak usia sekolah, hingga peserta didik PAUD, SD, SMP, SMA], ibu hamil, dan ibu menyusui untuk mengurangi malnutrisi, stunting, dan meningkatkan status gizi. Program ini juga menyasar peserta didik di lingkungan pendidikan umum dan keagamaan seperti santri.
Baca Juga: Malut United, Konsesi Tambang dan Tribun VVIP di Atap Rumah itu
Negara ini tak sendiri di atas bumi ini. Juga tak perlu bertahan usia generasi untuk satu atau dua tahun ke depan, dan setelah itu bubar. Kita hidup di tengah persaingan global yang tidak mudah dan tidak mudah. Generasi kita, pewaris negara ini kelak, hidup di tengah persaingan yang semakin kompetitif itu. Membentuk kualitas pribadi mereka yang sehat jasmani dan rohani, kualitas intelektual yang bersaing, dan macam-macam itu, setara menjaga kedaulatan negara ini, mempertahankan agar negara ini tetap "ada", eksis sampai kapanpun. Itu poinnya. Mungkin justifikasi yang paling simpel dan sudah familiar adalah menyongsong "Indonesia Emas 2045". Itu sudah dipikirkan, dijelaskan dan diproyeksikan oleh para pakar di bidangnya.
Konon, telah puluhan tahun lalu, Amerika Serikat dapat memproyeksikan kualitas dan kualifikasi generasi mereka dalam rentang 20 tahun ke depan, dengan menganalisis berbagai variabel sejak generasi mereka di segmen usia dini. Amerika berkepentingan mempertahankan dominasi super powernya. Jika ada anak-anak mereka gagal dalam kompetisi sains global, itu akan menjadi masalah besar yang diseriusi negara dan lembaga pendidikannya.
Makan Bergizi Gratis [MBG], sebuah kebijakan berbiaya jumbo itu, sangat serius dan diyakini manfaatnya kelak, oleh Presiden Prabowo Subianto. Meski di hari-hari ini, banyak permasalahan.
Baca Juga: Cerita Tentang Tete Ali dan Om Ogono, Sisa Potret Buram 80 Tahun Kemerdekaan RI
Artikel Terkait
Kisah Dua Cahaya
Soal Visi Daerah, Belajar Dari Sarundajang
Menteri Saifullah, Timnas Bola dan Potret Partai Politik Kita
Obral Amnesti dan Abolisi Pemimpin Negarawan
Cerita Tentang Tete Ali dan Om Ogono, Sisa Potret Buram 80 Tahun Kemerdekaan RI
Malut United, Konsesi Tambang dan Tribun VVIP di Atap Rumah itu
Untung Mana, Menjarah atau Merampas Aset Tindak Pidana